Rabu, 19 Oktober 2016

TNI MEMOTONG KEMALUAN & PERKOSA PENDUDUK ACEH UTARA







MATANGKULI, Ini peristiwa baru, bukan peristiwa di jaman Aceh jadi daerah operasi militer (DOM). Peristiwanya sebenarnya sudah berlangsung Rabu, 7 Maret 2001. Namun, peristiwa yang sebenarnya tertutup rapat itu terbongkar setelah para korban berani memberikan pengakuan.

Tindak perkosaan, pelecehan seksual dan penyiksaan yang diikuti dengan perampokan terhadap 22 warga di dua desa pedalaman di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Rabu (7/3) dinihari lalu. Para korban mengungkapkan para pelaku berseragam loreng, bersenjata api laras panjang dan pendek, serta mengenakan topeng. Para korban amat yakin bahwa para pelaku itu adalah sekelompok anggota TNI/Polri yang tiga malam sebelum kejadian sempat bermalam di meunasah (masjid) Desa Alue Lhok setelah pada siang harinya menyisir salah satu desa lokasi kejadian itu. Satu desa lainnya yang warganya menjadi korban perampokan dan tindak kekerasan seksual adalah Seuneubok Aceh.

Tapi Dandim Aceh Utara Letkol Inf Suyatno membantah telah terjadi kekerasan seksual dan kekerasan fisik seperti yang dilaporkan masyarakat Matangkuli itu. "Itu fitnah. Itu isu yang sengaja dihembuskan untuk menjauhkan rakyat dengan TNI. Karena belakangan rakyat sudah menerima keberadaan TNI di daerah ini," kata Suyatno.

Benar atau tidak bantahan itu, yang jelas Desa Alue Lhok dan Desa Seuneubok Aceh adalah desa bertetangga yang terletak cukup terpencil. Menurut sejumlah warga kedua desa yang hanya berpenduduk 110 KK itu, merupakan ujung Kecamatan Matangkuli. Perkampungan yang masih dirundung duka mendalam akibat tragedi dinihari tersebut, dikelilingi oleh hutan lebat dan areal persawahan tak tergarap plus perkebunan.

Peristiwa itu terjadi mulai pukul 01.00 WIB hingga 04.00 WIB. Para saksi mengatakan, para pelaku mayoritas menggunakan bahasa Indonesia aksen luar Sumatra yang sangat kental. Sementara jumlah pelaku tidak terdeteksi secara detail, karena antara satu rumah dengan rumah lain yang didatangi jumlahnya bervariasi, dua hingga enam orang.

Pemerkosaan dan perampokan yang terjadi di sembilan rumah warga di Desa Alue Lhok dan Seuneubok Aceh itu, berlangsung seragam. Rata-rata, pelaku mengetuk pintu rumah, mematikan aliran listrik, meminta pria keluar dari rumah kemudian tangannya diikat ke belakang dan disiksa, selanjutnya isi rumah diobrak-abrik dan di antara isteri dan anak-anak mereka diperkosa.

Ny Lt (32), wanita asal Aceh Tengah yang bersama suaminya, R (34), menetap di Desa Alue Lhok, tidak membayangkan akan menghadapi malam jahanam itu dalam hidupnya. Ibu dua anak yang masih kecil itu diperkosa secara bergilir oleh dua anggota aparat keamanan berseragam loreng setelah suaminya diseret keluar rumah dan tangannya diikat ke belakang serta kepalanya ditodong senjata api dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

Ny Lt yang sebelumnya mengadukan kasus tersebut ke delegasi Palang Merah Internasional (ICRC) di Lhokseumawe mengungkapkan, pemerkosaan itu terjadi pada saat dua aparat masing-masing bersenjata laras panjang dan pistol mengacak-acak isi rumahnya untuk mencari benda-benda berharga. Sementara
suaminya terus dipukuli.

"Kalau mau suamimu selamat, berikan semua uang dan emas. Dan kamu buka pakaian seluruhnya," ujar Ny Lt menirukan para perampok dan pemerkosa itu. "Saya takut. Dan kasihan sama suami saya. Sehingga sambil menangis saya menanggalkan pakaian sampai akhirnya saya diperkosa," ujarnya sambil menangis.

Setelah memperkosa, kedua aparat itu masih meminta uang dan emas miliknya. "Bila tidak dikasih, suami saya katanya akan dibawa ke pos mereka di Cot Girek. Saya akhirnya memberikan uang simpanan sebesar Rp 3,5 juta dan emas lima gram. Setelah beraksi sekitar setengah jam di rumah kami mereka pergi," ujar Ny Lt lagi.

Korban perkosaan lain gerombolan itu adalah Ny Nah (35). Warga Desa Alue Lhok ini diperkosa sekitar pukul 01.00. Dinihari itu, enam pria berseragam loreng dan bertopeng dan senjata di tangan menggedor pintu. Setelah pintu dibuka, aliran listrik dimatikan. Kemudian mereka menanyai pemilik rumah lalu suaminya digelandang ke luar rumah.

Saat kejadian, di rumah korban ada lima wanita. Selain Ny Nah, ada An (18), Ah (13) dan Mar (20) serta seorang nenek. Tiga orang pelaku masuk dan tiga lainnya berada di luar rumah mengobark-abrik isi rumah seraya minta duit dan emas simpanan.

"Katanya untuk dana operasi. Kalau tidak kami akan dibawa ke pos mereka di Cot Girek. Karena perlakuan mereka sangat menakutkan, akhirnya semua uang simpanan sebesar Rp 3 juta kami serahkan, lalu tiga jam tangan, dan satu pasang sepatu," cerita Nah.

Setelah menguras harta, menurut Nah, tiga pria berseragam loreng yang berada di dalam rumah memerintahkan seluruh wanita membuka pakaian. Nah digiring ke kamar kemudian diperkosa oleh satu orang. Sedangkan tiga wanita lainnya, kecuali seorang nenek, digerayangi.

Bahkan, AN yang masih gadis dilaporkan ikut dicabuli. "Kami tidak tahu harus bagaimana. Mereka bersenjata dan mengancam tembak bila tidak menuruti. Bahkan setelah selesai melakukan aksinya mereka masih mengancam kami untuk tidak mengadu ke pihak manapun," tutur Nah sambil menangis.

Ny Aih (45), warga Desa Alue Lhok menuturkan seorang putrinya, mendadak pingsan pada saat empat pria berseragam loreng dan bertopeng mengetuk pintu dan mengacak-acak isi rumahnya sekaligus memerintahkan ketiga anaknya R (17), As (15), dan B (13) untuk telanjang.

Ketiga anak korban digerayangi tiga pria bersenjata itu. "Satu
tangan mereka memegangi senjata. Sedangkan satu lainnya menggerayangi anggota tubuh kami," ungkap mereka. Aksi itu dilakukan para pelaku setelah menguras harta benda mereka berupa uang kontan Rp 1,5 juta dan sejumlah emas perhiasan.

Perlakuan tidak manusiawi lainnya juga menimpa Nd (60). Ayah empat anak ini bersama seorang anaknya MF dan menantunya AR, tangannya diikat ke belakang kemudian dipukuli oleh dua dari empat orang berseragam. Dua lainnya, kemudian mengacak rumah panggungnya. dan meminta harta bendanya. "Setelah mendapat penyiksaan sekian lama, akhirnya mereka menemukan uang Rp
2,5 juta. Rp 500 ribu di antaranya uang warga yang akan saya pergunakan untuk menebus beras murah.

Sedangkan sisanya mau saya bayar harga lembu acara perkawinan anak saya yang telah berlangsung lima hari sebelum kejadian," ungkap Nd yang juga diancam akan dibawa ke pos Cot Girek, Lhoksukon, bila tidak memberikan uang.

Dalam peristiwa yang sebelumnya tidak segera terungkap itu, pelaku setidaknya menyantroni sembilan rumah yang mengakibatkan 22 orang, 16 wanita dan enam pria, mengalami tindak kekerasan psikis dan fisik. Selain itu, para korban perampokan dan tindak kekerasan lainnya masing-masing Ny Hh (35) dan suaminya Mus (37) warga Alue Lhok dengan kerugian uang kontan Rp 1,2 juta, Ny Ham, Seuneubok Aceh, Mar (30), warga Seuneubok Aceh Rp 300 ribu, Yusma (35), uang Rp 1 juta dan emas 15 mayam dirampok dan suaminya Yus diikat serta disiksa, Mah (37) suaminya Ishak uang Rp 1 juta disikat, Ny Aisyah uang tunai Rp 1,5 juta, dan N Fat uang Rp 3 juta serta emas lima gram. ***

_____________________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama
Posted by MARUAH RAJA

Tiada ulasan:

Catat Ulasan